Friday, May 4, 2012

Alogaritma Cinta


Tiba-tiba saja terlintas dalam pikiran saya untuk menulis sesuatu yang berkaitan dengan algoritma dan cinta. Mungkin saya mendapat inspirasi dari kisah roman seorang kenalan yang bekerja sebagai pengajar dengan -seorang yang juga saya kenal- yang diajarnya. Orang Jawa bilang, “witing tresna jalaran saka kulina.” Artinya perasaan cinta kasih akan muncul karena terbiasa. Terbiasa ketemu, ngobrol dan kemudian timbul ketertarikan satu sama lain, yang dalam istilah gaulnya timbul chemistry.

Ujaran tersebut masih dan akan terus relevan sepanjang jaman. Kalau sekarang, apalagi di lingkungan kampus seperti ini, bisa dikembangkan menjadi, “witing tresna jalaran saka kuliah”. Cinta bisa bersemi antara mahasiswa dengan mahasiswi. Bisa juga antara dosen -tentunya si dosen masih muda dan single- dengan mahasiswinya (atau ada yang dengan mahasiswanya?). Cinta sesama dosen juga hal yang lumrah. Mungkin agak ganjil bila ada hubungan khusus antara petugas kebersihan dengan security. Karena di sini laki-laki semua. Naudzubillah tsumma naudzubillah bila itu sampai terjadi … ha…ha….haa…

Hubungan sangat khusus antara laki-laki dan perempuan adalah sesuatu yang sangat alami dan ilmiah. Sudah digariskan dan sudah ditakdirkan. Seperti juga hubungan antara orang tua dengan anaknya, bahkan antara manusia dengan alam semesta.

Silakan bertanya kepada orang-orang tentang arti cinta, maka kita pasti akan mendapatkan jawaban yang berbeda-beda. Bisa sangat universal namun bisa juga sangat privat dan sakral. Tergantung dari pengalaman dan daya tangkap atau sensor yang dimiliki. Itulah cinta …

Lalu kenapa kok ada embel-embel algoritmanya? Apa karena sedang dalam blok Algoritma dan Pemrograman? Mungkin cuma “kebetulan” saja.

Dalam Bahasa Indonesia kata “betul” sering disamaartikan dengan “benar”. Karena memiliki lawan kata yang sama, yaitu “salah”. Tetapi ketika kata “betul” diberi imbuhan “ke-an” ia akan berbeda arti sangat besar dengan “benar” yang ditambahi dengan “ke-an”. Ya, “kebetulan” tidak sama dengan “kebenaran”.
Kebetulan itu tidak pernah ada dan jangan percaya dengan apa yang disebut sebagai kebetulan. Karena segala sesuatu di dunia ini sudah direncanakan dan tidak tiba-tiba muncul dari suatu kebetulan. Mungkin “ketidaksengajaan” bisa lebih diterima masuk akal. Walaupun tetap saja hal itu sudah masuk dalam grand design Sang Pencipta jauh-jauh hari yang tidak begitu saja muncul secara tiba-tiba.

Dalam bidang komputer, terutama yang berkaitan dengan pembuatan suatu program atau perangkat lunak, algoritma bisa dijelaskan sebagai suatu urutan-urutan dari instruksi atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu masalah. Yang tentu saja dibutuhkan manusia dalam menghadapi semua permasalahan dalam hidupnya.

Cinta adalah salah satu problem solver yang cukup ampuh bila disertai algoritma yang sesuai. Bahkan Allah sudah berfirman, “Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad SAW), melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (QS al-Anbiyâ [21]: 107). Kata “rahmat” di sini meliputi cinta, kasih sayang, serta sanggup memberi maaf. Yang sudah terbukti dalam sejarah bahwa Rasul adalah sang pencerah, yang sanggup menerangi kegelapan jaman jahiliyah sehingga manusia kembali dimuliakan harkatnya, dengan menggunakan algoritma cinta.

Jangan asal mengatasnamakan cinta untuk melampiaskan nafsu sesaat karena cinta juga makhluk Tuhan yang cenderung kepada kebaikan dan memiliki banyak manfaat. Cintai sesama makhluk Tuhan lainnya dengan porsi yang tidak berlebihan karena pasti semua ada syaratnya. Ada pepatah, “ada uang abang disayang, habis uang abang dibalang, ditendang bahkan diganyang”. Serem gak tuh?
Hanya Tuhan yang “truly has unconditional love”.

Yang sedang jatuh cinta, jangan jatuh terlalu dalam. Gunakan algoritma cinta yang benar (kalau perlu dengan flowchartnya sekalian), yang bisa memberi solusi. Bukan sekedar cinta mati seperti Romeo Juliet atau Sampek Engtay. Buatlah cerita romantika yang indah seperti Galih dan Ratna atau Mantili dan Raden Samba.

penulis: fajaws